Pada hari Kamis, 18 September 2025, bertempat di aula Kelurahan Sambek, diselenggarakan Rapat Koordinasi Kemiskinan yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan di tingkat kelurahan. Rapat ini dihadiri oleh Ketua RW, Ketua RT, serta perwakilan dari kelembagaan Kelurahan, seperti TP PKK dan Posyandu. Agenda utama rapat adalah untuk membahas masalah kemiskinan yang menjadi perhatian bersama, serta merumuskan langkah-langkah konkret untuk mengatasi tantangan yang ada di Kelurahan Sambek.

Farah Fauziya, S.Kom. M.A.P sebagai Lurah Sambek membuka rapat dengan mengungkapkan bahwa kemiskinan di kelurahan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor utama yang perlu mendapat perhatian serius, yaitu kesehatan, pendidikan, dan permukiman. "Kami harus bersama-sama mencari solusi untuk mengatasi tantangan-tantangan ini agar masyarakat Kelurahan Sambek dapat merasakan perubahan yang nyata," ujarnya.

Kesehatan menjadi salah satu topik yang paling mendesak, mengingat prevalensi angka stunting di Kelurahan Sambek saat ini masih mencapai angka 10%. Kasus stunting ini menjadi perhatian utama bagi seluruh pihak yang hadir, karena dampaknya sangat besar terhadap kualitas hidup generasi mendatang. Perwakilan dari Posyandu menyampaikan bahwa meskipun sudah ada berbagai program yang berjalan, angka stunting yang tinggi ini menunjukkan perlunya upaya yang lebih intensif. "Posyandu telah melakukan pemantauan rutin dan pemberian PMT (Pemberian Makanan Tambahan), namun kami membutuhkan lebih banyak kolaborasi dengan berbagai pihak untuk menurunkan angka ini," kata perwakilan Posyandu.

Di sektor pendidikan, rapat juga membahas kenyataan bahwa masih ada warga di atas usia 25 tahun yang belum memiliki ijazah SMA atau sederajat. Ketua RT menyampaikan bahwa rendahnya tingkat pendidikan ini memengaruhi daya saing warga dalam mencari pekerjaan yang layak. "Pendidikan menjadi kunci utama dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga. Kami perlu mencari cara untuk memberikan akses pendidikan lebih lanjut, baik melalui program kejar paket maupun pelatihan keterampilan," ujar Ketua RT.

Masalah permukiman juga menjadi sorotan. Meskipun Kelurahan Sambek terletak di wilayah perkotaan, masih ada rumah yang tidak layak huni, berlantai tanah, dan berdinding kayu. Ketua RW mengungkapkan bahwa permasalahan ini sangat berdampak pada kualitas hidup warga. "Kami masih menemukan rumah-rumah yang sangat memprihatinkan. Meski kami berupaya melakukan perbaikan secara bertahap, namun masih banyak rumah yang membutuhkan perhatian serius," katanya.

Mengenai upaya-upaya yang telah dilakukan, rapat mencatat beberapa inisiatif yang telah dilaksanakan untuk menurunkan angka kemiskinan. Pemberdayaan masyarakat, baik melalui pelatihan keterampilan maupun program kolaborasi dengan berbagai instansi dan pihak swasta melalui Corporate Social Responsibility (CSR), telah berjalan dengan baik. "Namun, kolaborasi ini harus terus diperkuat, baik dari pemerintah maupun masyarakat itu sendiri," ungkap Lurah Sambek.

Untuk perencanaan tahun 2026, rapat memutuskan untuk kembali mengalokasikan anggaran khusus untuk menangani stunting melalui posyandu dan pemberian PMT, serta memberikan stimulus untuk rehabilitasi rumah tidak layak huni (RTLH). Dua unit rumah yang sangat membutuhkan perbaikan akan menjadi prioritas utama untuk mendapatkan bantuan stimulus. "Kami berharap dengan langkah ini, kualitas hidup masyarakat bisa lebih baik, dan angka kemiskinan dapat ditekan secara signifikan," kata Lurah Sambek menutup pembahasan.

Sebagai hasil akhir dari rapat, disepakati bahwa pengentasan masalah kemiskinan harus melibatkan sinergi antara pemerintah kelurahan, kelembagaan masyarakat, serta dukungan dari sektor swasta. Dengan langkah-langkah konkret yang direncanakan, diharapkan pada tahun 2026, Kelurahan Sambek dapat mengalami perbaikan yang signifikan di sektor kesehatan, pendidikan, dan permukiman. Semua pihak sepakat untuk bekerja keras demi mewujudkan perubahan yang positif bagi seluruh masyarakat.